“Subhanallah..,
jadi sekarang kamu berhijab Za?” salah satu teman selorong asramaku menyapa
diriku, dengan menebar senyum lebar dibibirnya. Kemudian beberapa temanku
keluar dari kamarnya dan berkata hal yang sama kepadaku.
“Insya
Allah..mohon doanya, agar ditetapkan hati Zahra dengan hijab ini, dan Allah SWT
selalu menjaga Zahra” kataku sambil memegang kerudungku yang berwarna hitam.
“Subhanallah..Zaaa,
cantiknya adik Mba dengan hijabnya.” Suara yang aku kenal, yaitu suara Senior
Residentku Mba Dina. “Jadi udah ditutup nih kepalanya?” ucap Mba Dina
“Iya
Mba Dina.. Alhamdulillah sudah, doakan yah Mba. Supaya engga buka-tutup seperti
pintu” candaku kepada mba Dina
“Za...Za...,
ada-ada aja kamu ini, Ia dek, Insya Allah Mba doakan yang terbaik untukmu, Mba
doakan agar hijab ini selalu menjagamu.”
“Amiiinnn..”
jawabku
September 2010
tepatnya empat hari setelah Idul Fitri, saat cinta-Nya kembali menyapa hatiku, itulah
awal aku benar-benar menetapkan hati untuk berhijab, Yaaa benar-benar berhijab!
tanpa ada rasa ragu lagi “Bismillah ya Allah” di dalam hatiku. Sebenarnya sudah
sejak lama aku berazzam untuk menggunakan hijab dikepalaku, sejak aku lulus
dari Sekolah Dasar dan masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Namun ada beberapa
kendala, salah satunya datang dari Ibuku sendiri, Ibu melarangku untuk
berhijab, karena beberapa alasan, menurutnya dengan aku berhijab, akan
menghambat diriku sendiri untuk berkativitas, terlihat “Kuper” alias Kurang
Pergaulan, kuno dan segala macam alasan yang membuatku mengurungkan kembali
niatku untuk berhijab. Ibu ingin sekali jika aku bisa ikut ajang pemilihan
model atau bisa masuk Televisi, karena dari kecil aku pernah beberapa kali di
ajak ke rumah produksi sinetron oleh tanteku dan aku sempat aktif diteater dan
sering mendapat tawaran casting.
Mungkin bukan jalanku, dan mungkin Allah sayang kepadaku, menjagaku dari
hal-hal yang membuatku jauh dari-Nya, karena setiap aku mengikuti casting atau
ikut pemilihan model, diriku selalu gagal. Kegagalan tersebut membuatku selalu
berfikir positif, seperti apa yang selalu diajarkan oleh nenekku, nenek selalu
berkata “Dibalik kegagalan, akan ada keberhasilan yang menunggumu, Allah sayang
kepadamu Zahra, ada hadiah yang luar biasa yang mungkin akan Dia beri
kepadamu.”
Kata-kata
Neneklah yang sering menyejukkan hatiku, ada keinginan besar dari diriku untuk
menutup kepalaku dengan hijab yang syar’i yang benar-benar menutup diriku.
Tetapi kadang aku sendiri masih banyak pertimbangan, saat SMP aku aktif di
Paskibra, salah satu cita-citaku ingin menjadi seorang PPI (Purna Paskibraka
Indonesia), karena dulu aku jarang sekali dan belum pernah melihat, para
pengibar bendera menggunakan hijab, dan aku memiliki sifat kelaki-lakian atau tomboy ,aku
sangat akrab dengan
teman-teman cowokku sewaktu SMP dan dekat juga dengan Senior Putra di
Paskibra
SMP ku, tetapi aku selalu menjaga diriku agar aku tidak berpacaran,
selain aku
takut dengan orang tuaku, aku juga ingat pesan dari Ustad ditempat aku
mengaji,
bahwa didalam Al-Quran sudah dijelaskan bahwa berpacaran itu dekat
dengan zina,
dan zina akan membawa manusia kedalam neraka, jadi aku menjaga dan
membatasi pergaulan ku dengan lawan jenis. Akhirnya aku lulus SMP dan
masuk ke SMA, di SMA aku mulai mengenal
Rohis, tetapi aku belum aktif disana, sering kali guru Agama Islam ku
mengajak
aku untuk ikut Rohis, tetapi aku tetap memilih aktif di Paskibra. Aku
bersyukur
dikenal oleh guru-guru di SMA, karena prestasi ku di sekolah dan aku
aktif
organisasi yaitu OSIS juga banyak mengikuti beberapa ajang perlombaan.
Saat
aku kelas dua SMA, Sapaan cinta-Nya ku rasa semakin kuat, selalu hadir diantara
aktifitasku, aku yakin betapa Dia cinta kepada ku, Dia ingin aku berubah lebih
baik. Dimulai aku menjadi mentor mengaji untuk adik kelas ku setiap hari Jumat,
sebelum masuk jam pertama sekolah, aku mengajar dan menjadi mentor mengaji
untuk teman-teman sebayaku. Kemudian aku bertemu dengan guru Matematika yang bagiku dia
adalah guru yang sangat luar biasa, guruku bernama Bu Ratna, dia sangat cantik
dengan hijabnya yang menutupi dirinya dengan balutan kerudung panjang dari
kepala hingga menutup dada. Dia menjadi mentor aku dan beberapa teman aku,
pernah dia berkata dengan suara yang sangat lembut “Wanita yang sudah baligh
itu wajib hukumnya menggunakan hijab, saat dirimu telah menggunakan hijab, Insya
Allah, Allah akan melindungimu, mengangkat derajatmu, dan dosa-dosamu yang dulu
Insya Allah dimaafkan, dijauhkan dari api neraka, dan wanita itu lebih cantik
menggunakan hijab, menutup auratnya, memperlihatkannya hanya untuk yang telah
dihalalkan bagimu.” Entah kenapa saat Bu Ratna berkata seperti itu aku
meneteskan air mata, hatiku bergetar dan tubuhku merasa merinding. Saat aku
pulang kerumah, aku menyampaikan niatku kepada Ibu, namun Ibu masih bersikeras,
agar aku mengurungkan niatku untuk berhijab. Aku ingin marah sebenarnya kepada
Ibu, namun aku memilih mencoba meredam hati agar tidak marah dan mengeluarkan
kata-kata kasar, karena aku takut Ibu malah tambah melarang diriku, aku
memberikan ibu kepercayaan bahwa apa yang ibu takutkan dan khawatirkan itu
tidak akan terjadi. Untuk kesekian kalinya aku masih mengurungkan niat, namun
disetiap sujudku, aku berdoa agar Allah Sang pemilik hati dapat
membolak-balikkan hati Ibu.
Pada
saat kelas tiga SMA, dimasa-masa akhir sekolah dan menanti kelulusan. Cinta-Nya
hadir di mimpiku, di dalam mimpi seakan-akan Allah memberikan ku petunjuk,
untuk berhijab. Di dalam mimpi, yang aku ingat, aku berada di depan pintu
gerbang sebuah Universitas, pada saat itu seorang wanita yang terlihat paruh
baya menghampiriku. Dia berkata “Maaf anda tidak diterima disini, karena anda
berbeda, coba lihat diri anda!” gerbang Universitas tersebut pun ditutup oleh
wanita tersebut, tiba-tiba di dalam mimpiku, aku sudah berada di depan sebuah
gedung, sebuah universitas dimana universitas ini menjadi tempat ku sekarang
menuntut ilmu dan meraih cita-cita. Nah...pada saat itu, di dalam mimpiku, aku
bertemu dengan wanita itu kembali, wanita itu mengajak aku masuk ke dalam
universitas tersebut, aku diajaknya olehnya berdiri ditengah padang rumput
hijau, dan dia berkata “Kamu diterima disini, namun kamu berbeda, lihat dirimu
dan lihat wanita-wanita disekelilingmu, betapa cantiknya mereka dengan
menggunakan hijab, menutup aurat, dan lemah lembut, sedangkan kamu, kamu memang
cantik, namun lebih cantik jika kamu menutup dirimu wahai anakku, jagalah
auratmu ” kata wanita tersebut di dalam mimpiku. Aku pun terbangun dari
tidurku, aku sempat terpaku diatas kasurku. Aku kemudian, pergi mengambil wudhu
untuk sholat subuh, sehabis sholat aku memanjatkan doa kepada Allah SWT, karena
aku bingung dengan mmimpiku.
Aku kemudian
pergi ke sekolah, di sekolah aku bertemu dengan guru Agama ku, aku bercerita
kepadanya.
“Jadi bagaimana
Pak?”
“Segera
laksanakan Zahra, betapa Allah sayang kepadamu, dia ingin menjagamu jangan
ditunda-tunda lagi, karena kita tidak tahu sampai kapan kita hidup di dunia,
dengan kamu berhijab Insya Allah banyak manfaat yang kamu terima.”
“Tapi.. Pak
bagaimana dengan Ibu saya?, Ibu tidak setuju jika saya berhijab”
“Zahra..Insya
Allah, jika kamu benar-benar yakin, Allah akan membuka hati Ibumu, agar beliau
setuju dengan keputusanmu, berhijab hukumnya wajib bagi wanita muslimah dan itu
perintah dari Allah, jika kamu tidak melaksanakannya, maka nerakalah tempatnya,
percayalah Zahra, kamu bisa melewati ini semua, karena ini adalah salah satu
ujian yang Allah berikan kepadamu lewat Ibumu, jika kamu bisa melaluinya, kamu
akan bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi.”
Semenjak saat
itu, aku mencoba terus meyakinkan Ibu. Saat aku lulus dan masuk ke salah satu
universitas ternama di Indonesia, aku mengikuti seminar mengenai cara membuat
tulisan karya ilmiah, dan inilah yang membuat saya tertampar. Ketika saya ingin
maju kedepan panggung, dari arah belakang seperti ada yang menepuk pundak
kiriku sehingga membuat aku menoleh kebelakang. Betapa aku merasa ditempat yang
berbeda, aku seperti ditempat asing. Semua perempuan yang berada ditempat itu
semua berhijab kecuali aku, dan laki-laki ditempat tersebut semua menundukkan
kepala. Aku lalu berjalan mundur, kembali ketempat dudukku, dan aku berkata
kepada temanku yang duduk di sampingku.
“Bismillah,
mohon doanya yah teman-teman, Zahra akan berhijab.”
“Subhanallah..Alhamdulillah wa Syukurillah,
Zahra..pasti..pasti kami doakan, untuk kamu disegerakan menggunakan hijab.”
Ketika itu adalah bulan puasa, dan empat hari setelah lebaran aku benar-benar
menggunakan hijab. Menggunakan hijab..benar-benar dengan hijab, awalnya
terlihat agak aneh dan tidak biasa. Namun Saat Cinta-Nya menyapaku, cinta-Nya
tak pernah pergi meninggalkan aku.
Alhamdulillah
sungguh banyak kasih sayang yang Dia tebarkan kepadaku. Aku merasa semakin
menjadi seseorang yang lebih baik, kuharap Cinta-Nya selalu ada disetiap
langkahku.
Amin.
-Karya Elva- posting 26/09/2013