Sedikit mengulas mengenai "Sasi" yang merupakan salah satu penelitian yang aku lakukan di Raja Ampat pada tahun 2014. Pertama-tama aku ucap syukur atas nikmat Allah yang diberikan kepada aku, saat aku bisa menginjakkan kaki ke sebuah tempat yang katanya" Syurga dunia" destinasi yang sangat diminati oleh masyarakat lokal maupun internasional pecinta olah raga bawah air, yang merupakan segitiga karang dunia, dimana karang dan hewan-hewan laut terbanyak juga unik-unik ada di Raja Ampat. Dari enam kawasan konservasi, aku menginjakkan ke 3 tempat kawasan konservasi perairan daerah yang ditetapkan pemerintah, yaitu Kofiau-boo, Waisai, dan Misool (Barat, Selatan dan Timur). Di daerah Raja Ampat sudah diterapkan Sasi secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat yang berguna untuk melindungi laut sebagai sumber mata pencaharian dan keberlangsungan hidup mereka disana. Selain terdapat Sasi gereja, kelompok dan bulanan, pada saat saya melakukan penelitian ada hal baru yang aku dapat yaitu mengenai Sasi Ibu-ibu
Sasi yang merupakan kearifan lokal, dikenal sebagai hukum adat dengan kepemilikan sumber daya bersifat komunal (hak ulayat) terbukti telah efektif dalam pengelolaan marine protected area dan suaka laut menurut Nikijuluw (2002) dikutip Ruslan (2010). Istilah moderen Sasi dikenal sebagai konservasi tradisional, dengan model pengelolaan berbasis masyarakat yang telah berlangsung secara tradisional dan turun-temurun dari leluhur masyarakat di daerah tersebut, dapat dijumpai dalam praktek Sasi contohnya di masyarakat Maluku yang kemudian menyebar ke wilayah kawasan Papua. Secara keseluruhan terdapat pula Sasi di wilayah Distrik Misool Barat.
Selain terdapatnya Sasi kampung, Sasi gereja, dan Sasi musiman yaitu pada saat angin musim selatan yang digunakan
untuk tutup Sasi dan angin musim barat
digunakan untuk buka Sasi,. Terdapat
hal yang berbeda di Distrik Misool Barat di Desa Kaptcol, terdapat Sasi yang khusus di kelola oleh ibu-ibu
di luar Sasi kampung dan gereja. Mengutip perkataan Ketua Adat dari kampung Kapatcol Bapak DDH 50 Tahun,
“Sasi di Kapatcol ada dua, yaitu
Sasi Ibu-ibu dan Sasi kampung, hal ini mungkin baru pertama kali karena
biasanya Sasi di kelola seperti Sasi gereja, Sasi yang dikelola oleh kampung,
Sasi adat. Sasi Ibu-ibu di kampung kapatcol di ketuai oleh Ibu Bedsinah Hai.”
Mulanya ada Sasi ibu-ibu di Kapatcol adalah pada awal
tahun 2010, ibu-ibu di kampung Kapatcol melihat hasil dari Sasi Kampung sangatlah baik dan hasilnya memuaskan, semenjak saat
itu ibu-ibu terutama ketua dari Sasi “ibu-ibu” yaitu Ibu BDH berinisiatif untuk
membuat Sasi khusus untuk Ibu-ibu.
Pada tahun yang sama itu pula, ibu-ibu kemudian membuat Sasi yang letaknya tidak begitu jauh tempatnya, di tanjung di depan
kampung, namun pada awal buka Sasi,
tidak ada hasil yang didapat atau bisa dikatakan bahwa Sasi tersebut gagal karena tidak ada hasil dari Sasi yang dilakukan. Kata
Ibu BDH 44 Tahun, ketua Sasi
ibu-ibu,
“...kegagalan karena kesalahan kami yang mungkin
menetapkan tempat yang salah”,
kemudian
letak Sasi pun dipindahkan ke tempat
dekat dengan Sasi kampung, dan dilakukan kembali pada tahun 2013 dengan bantuan dari pihak TNC.foto oleh om Nugroho Arif Prabowo-TNC
Pengalaman berharga saat bisa berbincang dengan ibu-ibu luar biasa.
Thanks