Kamis, 07 November 2013

Menjaga Hati dan Cinta Seimbang

  No comments    
Tulisan ini sudah pernah saya tulis sebelumnya pada tanggal 23 Juli 2012
Hari Ketiga Ramadhan
Hari ini aku harus balik lagi ke Bogor, karena ikut Semester Pendek. Padahal masih pengen dirumah sieh, soalnya masih kangen euy, kan jarang pulang kerumah, bisa 3 bulan baru pulang, kalau kata mama “Suka kaya Bang Toyib ga pulang-pulang!”.. udahlah dirumah aja kan liburan, kata umi.. waduh apa kabar nanti SP aku??..ini kali pertama aku buka bareng di kostan, enak banget dimasakkin sama ibu yang jaga kost jadi ga usah repot beli di luar, kalau sahur juga udah dimasakin sama Ibunya, tinggal nanti bayar perorang sesuai yang dimakan..Pas buka puasa diceritain sama si Ibunya tentang cerita dongeng Putri Duyung karangan H.C Anderson.


Sedih banget beda dengan yang dikartun. Intinya tentang pengorbanan Cinta yang besar dari seorang makhluk setengah manusia setengah ikan yang mencintai seorang pangeran yang Ia selamatkan dilaut. Betapa besar cintanya hingga ia mengorbankan dirinya sakit, mengorbankan suaranya yang indah kepada penyihir laut yang jahat demi mendapatkan kaki manusia. Namun yang ia dapatkan malah sakit hati yang teramat sangat karena cintanya bertepuk sebelah tangan, karena pangeran lebih memilih putri lain yang telah menolongnya saat ia terdampar di tepi pantai dekat kerajaan putri tersebut. Putri duyung tersebut demi bisa terus dekat dengan pangeran ia rela menjadi pembantu dikerajaan sang Putri yang telah menyelamatkan pangeran. Pada suatu saat pangeran melamar sang putri untuk dijadikannya istri, karena sudah tidak kuat putri duyung ingin membunuh sang Pangeran, karena ia befikir jika ia tidak mendapatkan pangeran maka putri tersebut juga tidak boleh mendapatkannya. Teringat akan perjanjian dengan penyihir laut yang telah mengambil suaranya. Kata penyihir jahat tersebut “Jika suara mu ingin kembali dan kau ingin menjadi manusia yang seutuhnya, maka sihir tersebut bisa musnah jika pangeran menyatakan cinta kepadamu, dan kamu menikah dengan pangeran.” Namun hal itu sia-sia, sekeras apapun usaha sang putri duyung untuk memberitahukan kepada pangeran bahwa yang telah menyelamatkan dirinya dari kematian adalah putri duyung, tetapi pangeran sama sekali tidak mengerti yang ia coba katakan, dan pangeran hanya menganggapnya pembohong. Putri duyung tersebut hanya bisa menangis, dia melihat pangeran tersebut memberikan cincin kepada putri dan mengikrarkan janji pernikahan. Putri duyung tersebut kembali ketepi laut dan berubah menjadi buih. Jadi pengen beli bukunya deh di Gramedia penasaran banget, soalnya kata Ibu kost ceritanya bener-bener sedih. Memang sedih sih, diceritain aja udah pengen nangis. Hiks hiks hiksssss….padahal kalau film kartun produksi dari Diesney, itu so sweet banget..
Moral yang bisa aku ambil dari cerita Putri duyung ini, bahwa janganlah terlalu mencintai orang lain yang memang belum benar-benar kita miliki, karena belum tentu orang tersebut mencintai kita, walaupun kita telah berkorban banyak karena orang yang kita cintai tidak tahu apa yang telah kita lakukan demi dia. Mencintailah dengan sekedarnya janganlah kurang dan janganlah berlebih. Karena Cinta yang benar-benar harus kita cintai adalah cinta untuk Pencipta Kita, dialah Maha Kasih dan Maha Sayang. Mencintai adalah anugerah yang diberikan oleh Allah kepada makhluknya yaitu manusia, namun kita harus bisa mencoba memberikan keseimbangan antara cinta kita kepada makhluk Allah dan Allah SWT. Allah memberikan karunia kepada manusia agar bisa berkasih sayang. Tetapi kasih sayang ini harus bisa coba kita jaga untuk yang telah dihalalkan. Kalau dizaman sekarang sudah banyak remaja-remaja yang berkorban memberikan apa saja agar kekasihnya tidak direbut orang sampai-sampai dia rela memberikan yang harusnya dia jaga hanya untuk suaminya kepada orang lain yang belum tentu menjadi suaminya, katanya atas dasar cinta.. naudzubillahi.. jika sudah terjadi hal demikian, maka dosalah diri yang telah melakukannya, mencoreng nama baik keluarga, impian yang dia idam-idamkan pun seketika akan musnah.
Karena terkadang seperti kata pepatah, “Cinta buta tak memandang rupa. Walaupun rupa fisik biasa saja, jatuh cinta tetap bisa menimpa.”
Cinta buta akan menjadikan pelakunya tersiksa. Baik saat berhasil maupun gagal, maka kalau mau jatuh cinta jangan membabi buta, jatuh cintalah dengan melek.
Dengan cara pertama : mendahulukan kepentingan Allah, saat rasa cinta membentur kepentingan Allah, kepentingan Allah lah yang harus didahulukan.
Kedua : jika mencintai harus sewajarnya dan tidak berlebihan. Karena boleh jadi hari ini kita mencintainya setengah hidaup dan membencinya setengah mati
Ketiga : berani menerima realita, saat objek yang kita cintai sudah ada yang punya, janganlah memaksakan diri.
Dikutip dari buku nieh, “Aku Pingin Nikah (mending nikah muda daripada menumpuk dosa)”.
“Semoga Allah selalu menjagaku, dan selalu bersyukur karena Allah selalu menjagaku sampai sekarang”
Alhamdulillah..amiiinn,.. :)

0 komentar:

Posting Komentar