Saat Aksi Pilwalkot kemarin di Tugu Kujang, ku
melihat seorang Bapak yang sudah terlihat tua, mengais rezeki dengan
mengamen menggunakan seruling bambu miliknya di tengah hiruk pikuk
Angkot yang berlalu lalang, Bapak tersebut menggunakan pakaian
serba hitam, dari mulai topi, baju, hingga celana panjang yang melekat
ditubuhnya. Ketika ku mulai berkumpul bersama teman-teman lainnnya, yang
kala itu sibuk membagikan stiker dan leaflet di sekitar tepi jalan.
Bapak tua yang ku lihat dari kejauhan, berjalan ke arah kami yang
berkumpul, aku pun mendekati nya sambil memberikan brosur. Bapak itu pun
bertanya "Sedang apa neng disini?", sedang ada aksi simpatik Pak, untuk
mengingatkan kalau ada pemilihan Walikota Bogor." Oh gitu.., Saya jadi
inget anak saya neng, melihat kalian,
"Memang anak Bapak dimana?.. " tanya ku
"Anak Saya juga sedang kuliah neng, di Bandung..,"
"Wah.. subhanallah, sekarang tingkat berapa Pak?"
"Sudah tingkat akhir neng, Alhamdulillah neng, bapak bersyukur sama
Allah, Bapak bisa menyekolahkan 3 orang anak bapak, ini yang pertama
yang kuliah di Bandung, bapak seneng dengernya neng pas bapak dihubungi
oleh anak bapak, kalau anak bapak sekarang sudah tingkat akhir dan sudah
bekerja, Ya Allah.. seneng dengernya neng (sambil berlinang air mata),
bapak tuh udah lama neng ditinggal istri bapak, dulu istri bapak lulusan
Aliyah, kasihan bapak dengan anak-anak bapak waktu masih pada
kecil-kecil ditinggal ibunya, bapak kerja cuma kaya gini neng, ngamen
pake suling bapak (sambil bapak tersebut menunjukkan sulingnya
kepadaku). Yang nomor dua sekarang udah SMA neng, yang kecil kelas 3 SD,
Bapak selalu bersyukur dengan Allah dalam keadaan seperti ini, bapak
masih bisa menyekolahkan Anak Bapak, sampai ada yang Kuliah, bapak tidak
ingin kalau anak bapak bernasib sama, bapak ingin anak-anak Bapak
menjadi orang sukses, biarin bapak kerja dari pagi samapai malam, yang
penting anak bapak bisa sekolah, mohon doanya yah neng"
Sempat
merinding dengar cerita bapak tersebut, berkorban pagi sampai malam
untuk anaknya, teringat Orang tua dirumah yang selalu berkata. "Kakak
dan ade, harus terus kejar dan raih cita-cita, selagi Kami mampu untuk
terus menyekolahkan kalian, apapun pekerjaannya, Ibu dan Ayah rela
bekerja yang penting itu halal dan kalian bisa meraih kesuksesan."
Aku yang masih terkagum dengan bapak tersebut pun berkata
"Insya Allah Pak, saya doakan untuk anak bapak semoga sukses, dan
semoga bapak terus semangat untuk bisa bekerja untuk anak-anak bapak,
semoga kalian diberi kebahagiaan oleh Allah"
"Apapun pekerjaannya yang penting halal Pak, jika anak-anak bapak diberi makan halal, insya Allah semua mudah"
"Amiiinn.. Neng, semoga juga Neng ini bisa sukses dan lancar, semoga
keinginan neng terkabul, neng jangan lupa sholat dan baca Al-Quran, Neng
sering-sering baca surat Ar-Rahman, Al-Waqiah setiap habis sholat,
jangan sampai neng ga mau baca Al-Quran, Insya Allah juga neng.. Apa
yang neng cita-citakan sekarang baik itu Lulus, jodoh, pekeraa. semuanya
neng.. Insya Allah terkabul kalau Neng denkat dengan Allah"
merinding saat bapak tersebut berkata kepadaku, aku juga ingat saran nenek, yang selalu berkata seperti itu.
"Neng.. mohon doanya yah neng.."
"Ia bapak, kita sama-sama berdoa yang terbaik"
Yah itulah sepenggal cerita ku di sekitar tugu Kujang yang sudah mulai
sore, akupun berlalu meninggal kan bapak sebelumnya ku ucap terima kasih
sebesar-besarnya kepada beliau. dan aku pun meninggalkannya untuk
berkumpul bersama dengan yang lain di bawah tugu kujang.
Sore yang berkesan dengan nasihat dari seorang "Bapak Tua Pemilik Seruling"
Bagiku beliau adalah Pahlawan, pahlawan yang rela berkorban untuk
anak-anaknya, berjuang dengan ikhlas dan tanpa pamrih, agar anaknya yang
ia cintai dan kasihi, bahagaia. semoga kebahagian tercurah untuk
keluarganya.. Amiin..