Minggu, 13 Oktober 2013

Pak Tua Yang Bersahaja

  No comments    
Saat Aksi Pilwalkot kemarin di Tugu Kujang, ku melihat seorang Bapak yang sudah terlihat tua, mengais rezeki dengan mengamen menggunakan seruling bambu miliknya di tengah hiruk pikuk Angkot yang berlalu lalang, Bapak tersebut menggunakan pakaian serba hitam, dari mulai topi, baju, hingga celana panjang yang melekat ditubuhnya. Ketika ku mulai berkumpul bersama teman-teman lainnnya, yang kala itu sibuk membagikan stiker dan leaflet di sekitar tepi jalan. Bapak tua yang ku lihat dari kejauhan, berjalan ke arah kami yang berkumpul, aku pun mendekati nya sambil memberikan brosur. Bapak itu pun bertanya "Sedang apa neng disini?", sedang ada aksi simpatik Pak, untuk mengingatkan kalau ada pemilihan Walikota Bogor." Oh gitu.., Saya jadi inget anak saya neng, melihat kalian,
"Memang anak Bapak dimana?.. " tanya ku
"Anak Saya juga sedang kuliah neng, di Bandung..,"
"Wah.. subhanallah, sekarang tingkat berapa Pak?"
"Sudah tingkat akhir neng, Alhamdulillah neng, bapak bersyukur sama Allah, Bapak bisa menyekolahkan 3 orang anak bapak, ini yang pertama yang kuliah di Bandung, bapak seneng dengernya neng pas bapak dihubungi oleh anak bapak, kalau anak bapak sekarang sudah tingkat akhir dan sudah bekerja, Ya Allah.. seneng dengernya neng (sambil berlinang air mata), bapak tuh udah lama neng ditinggal istri bapak, dulu istri bapak lulusan Aliyah, kasihan bapak dengan anak-anak bapak waktu masih pada kecil-kecil ditinggal ibunya, bapak kerja cuma kaya gini neng, ngamen pake suling bapak (sambil bapak tersebut menunjukkan sulingnya kepadaku). Yang nomor dua sekarang udah SMA neng, yang kecil kelas 3 SD, Bapak selalu bersyukur dengan Allah dalam keadaan seperti ini, bapak masih bisa menyekolahkan Anak Bapak, sampai ada yang Kuliah, bapak tidak ingin kalau anak bapak bernasib sama, bapak ingin anak-anak Bapak menjadi orang sukses, biarin bapak kerja dari pagi samapai malam, yang penting anak bapak bisa sekolah, mohon doanya yah neng"
Sempat merinding dengar cerita bapak tersebut, berkorban pagi sampai malam untuk anaknya, teringat Orang tua dirumah yang selalu berkata. "Kakak dan ade, harus terus kejar dan raih cita-cita, selagi Kami mampu untuk terus menyekolahkan kalian, apapun pekerjaannya, Ibu dan Ayah rela bekerja yang penting itu halal dan kalian bisa meraih kesuksesan."
Aku yang masih terkagum dengan bapak tersebut pun berkata
"Insya Allah Pak, saya doakan untuk anak bapak semoga sukses, dan semoga bapak terus semangat untuk bisa bekerja untuk anak-anak bapak, semoga kalian diberi kebahagiaan oleh Allah"
"Apapun pekerjaannya yang penting halal Pak, jika anak-anak bapak diberi makan halal, insya Allah semua mudah"
"Amiiinn.. Neng, semoga juga Neng ini bisa sukses dan lancar, semoga keinginan neng terkabul, neng jangan lupa sholat dan baca Al-Quran, Neng sering-sering baca surat Ar-Rahman, Al-Waqiah setiap habis sholat, jangan sampai neng ga mau baca Al-Quran, Insya Allah juga neng.. Apa yang neng cita-citakan sekarang baik itu Lulus, jodoh, pekeraa. semuanya neng.. Insya Allah terkabul kalau Neng denkat dengan Allah"
merinding saat bapak tersebut berkata kepadaku, aku juga ingat saran nenek, yang selalu berkata seperti itu.
"Neng.. mohon doanya yah neng.."
"Ia bapak, kita sama-sama berdoa yang terbaik"
Yah itulah sepenggal cerita ku di sekitar tugu Kujang yang sudah mulai sore, akupun berlalu meninggal kan bapak sebelumnya ku ucap terima kasih sebesar-besarnya kepada beliau. dan aku pun meninggalkannya untuk berkumpul bersama dengan yang lain di bawah tugu kujang.
Sore yang berkesan dengan nasihat dari seorang "Bapak Tua Pemilik Seruling"
Bagiku beliau adalah Pahlawan, pahlawan yang rela berkorban untuk anak-anaknya, berjuang dengan ikhlas dan tanpa pamrih, agar anaknya yang ia cintai dan kasihi, bahagaia. semoga kebahagian tercurah untuk keluarganya.. Amiin..

0 komentar:

Posting Komentar