Sewaktu saya kelas X SMA di SMA Negeri 72 Jakarta saya pernah
mengikuti Olimpiade Sains Nasional di bidang Geosains yang membahas
tentang Bumi dan seluruh jagat raya. Awalnya saya memilih pelajaran
Biologi, saya mendaftar pada Wali Kelas saya yaitu Pak Agus, pada saat
istirahat saya di panggil oleh guru Biologi saya ke ruang guru selama
diperjalanan dari kelas menuju ruang guru perasan sungguh sangat senang
karena saya bisa dan sangat ingin meneruskan dan mengikuti kembali
Olimpiade seperti pada saat saya masih SMP dulu yang juga pernah
mengikuti ajang seperti ini. Sesampainya di ruang guru Bu Anita menyuruh
saya duduk di sampingnya, tiba-tiba nama saya di coret oleh Bu Anita
dan di gantikan oleh nama teman sekelas saya Ningrum, saya sangat sedih
dan kecewa saya bertanya kepada diri saya sendiri, “Kenapa nama saya
harus di coret dan digantikan apa karena guru Biologi saya mengangggap
saya tidak mampu?”. Bu Anita hanya berkata “Kamu saya ganti dengan
Ningrum, tidak apa-apa kan?”. Sempat saya meminta agar saya tetap dapat
mengikuti Olimpiade dan meminta alasan kepada Bu Anita kenapa saya
digantikan dengan Ningrum, tetapi Bu Anita hanya berkata “Kan masih ada
pelajaran yang lain.”
Akhirnya dengan berat hati keputusan dari Bu Anita saya terima keluar
dari ruang guru saya menuju kelas dengan mata yang mulai berkaca-kaca,
di kelas saya menangis sambil berdoa agar Allah dapat memberikan sesuatu
yang terbaik untuk saya, karena memang saya ingin membanggakan kedua
Orang tua saya. Setelah istirahat adalah pelajaran Geografi, Bu Nur
Imani kemudian masuk ke dalam kelas, seperti biasa Bu Nur Imani sebelum
masuk kedalam materi pelajaran yang ingin Dia ajarkan Bu Nur selalu
bercerita itulah yang kadang-kadang membuat teman-teman kelas saya suka
mengantuk sewaktu masuk ke dalm materi, tetapi saya tetap antusias
mendengarkan ceritanya dan materi yang Dia ajarkan karena saya juga suka
dengan pelajaran Geografi apalagi yang membahas tentang Jagat Raya dan
Alam semesta. Setelah jam mengajar telah usai Bu Nur Imani kemudian
mengeluarkan secarik kertas dan dia bertanya kepada kami siapa yang
inginmengikuti OSN Kebumian atau Geosains tetapi tidak ada yang
mengajukan diri termasuk saya akhirnya teman saya yang bernama
Almanitasari yang kemudian dipilih oleh Bu Nur. Istirahat kedua setelah
sholat Dzuhur saya kembali ke ruang guru untuk bertemu Pak Agus, saya
ingin meminta tolong agar saya bisa mengikuti Olimpiade Biologi walaupun
hanya sebagai cadangan untuk menggantikkan orang lain, mungkin memang
saya terlalu terobsesi atau bisa di bilang terlalu memaksakan kehendak
tetapi saya hanya ingin mencoba dan berusaha.
Di ruang guru saya mencoba berbicara dengan Pak Agus tetapi Beliau
menjawab keputusan di pegang oleh Bu Anita, saya akhirnya mulai menerima
dengan lapang dada mungkin apa yang saya inginkan belum tentu menjadi
kenyataan, ketika saya beranjak meninggalkan meja tempat Pak Agus, Bu
Nur Imani memanggil saya. “El…sini sebentar, Ibu ada perlu sama kamu.”
Saya pun pergi ke meja Bu Nur Imani. “Mau ikut Olimpiade Kebumian tidak
El?” saya sangat kaget karena di tawarkan untuk mengikuti Olimpiade.
Ragu-ragu sebenarnya karena saya baru pertama kali mendengar ada
Olimpiade Kebumian, kalau Olimpiade Fisika dan Matematika mungkin sering
sekali mendengarnya dan banyak kontingen atau perwakilan dari Indonesia
yang sering mendapatkan emas dan penghargaan lainnya.
Saya menerima tawaran dari Bu Nur Imani walaupun hanya sebagai
cadangan dan masih harus ikut seleksi dari sekolah, saya sangat
bersyukur setidaknya bisa mengikuti Olimpiade nantinya. Pada hari Senin
tepatnya pada saat Ujian Blok pertama guru Fisika Pak Hasan masuk ke
ruang tempat ujian dan membacakan nama murid – murid yang akan mengikuti
olimpiade tingkat sekolah se-Jakarta Utara, semua nama perbidang
pelajaran masing-masing sudah selesai dipanggil giliran nama murid –
murid yang mengikuti olimpiade kebumian.”Alimanita Lestari, kelas X 4..”
teriak Pak Hasan yang berdiri di depan pintu kelas, teman – teman
serentak berteriak “Tidak ada yang bernama Alimanita Lestari yang ada
Almanitasari dan Elva Lestari Pak!” Salah satu teman saya Erwin
berteriak dari kursi “Kalau Almanita di kelas sebelah Pak ruangannya
kalau Elva ruangannya disini.” Sebelum meninggalkan kelas Pak Hasan
berkata kalau yang ikut olimpiade untuk berkumpul di Ruang Bimbingan
Konseling setelah pulang sekolah, dan Beliau juga menyuruh saya untuk
ikut bergabung.
Seminggu setelah Ujian Blok, pada hari Sabtu tes untuk mengikuti
Olimpiade di laksanakan tempatnya berada di SMA Negeri 13 Jakarta.
Jantung berdegup kencang dan merasa gugup melihat saingan dari sekolah
lain. Saya melihat di madding kelas yang akan saya tempati sewaktu tes
dan nomor pesertanya, setelah saya melihat di madding saya menuju
ruangan yang saya tempati di saat tes berlangsung. Jam 8 pagi soal –
soal pun dibagikan dalam keadaan tertutup, pengawas yang mengawasi
ruangan mengajak kami untuk berdoa sebelum mengerjakan soal – soal yang
di berikan. Saya berdoa semoga dimudahkan untuk menjawab soal dan
mengerjakan sebaik mungkin.
Tiga hari kemudian hasil pun telah keluar dan di tempel di mading
sekolah, sungguh sangat bersyukur ternyata saya dan teman saya Almanita
lolos ke tahap selanjutnya, sedangkan teman saya yang bernama Ningrum
tidak lolos. Saya berfikir mungkin ini jalan yang Allah berikan kepada
saya bukan dari apa yang saya inginkan melainkan dengan jalan lain yang
Allah berikan terhadap saya. Setelah dua minggu saya mengikuti pembinaan
olimpiade tersebut hari Sabtu diadakan tes untuk ke tingkat DKI dan
pada hari Minggu saya mengikuti seleksi Paskibraka di Walikota Jakarta
Utara, berat memang menjalani rangkaian acara untuk tahap penyeleksian
anggota, tetapi tetap saya jalani dengan senang hati. Pada saat
pengumumman diumumkan pada sore hari itu juga, ternyata saya belum lolos
menjadi Anggota Paskibraka sangat kecewa tetapi saya terima dengan
lapang dada.
Seminggu setelah tes olimpiade ke tingkat DKI dan seleksi Paskibra
saya diberitahukan oleh teman saya Almanita bahwa pengumumman hasil tes
sudah ada di madding sekolah dan dia berkata kalau saya lolos ke tingkat
DKI tetapi teman saya yang bernama Almanita dia tidak lolos, pada saat
tes olimpiade berikutnya, untuk tingkat provinsi saya mengalami
kegagalan. Namun ada pembelajaran untuk diri saya bahwa “Tidak semua
yang saya inginkan dapat terwujud tetapi apa yang Tuhan berikan
merupakan hal yang selalu terbaik untuk diri saya.” “Berfikir positif,
tetap semangat, berusaha dan tidak mudah putus asa yang akan membantu
seseorang meraih apa yang diinginkan walaupun tidak semua terealisasikan
kepada diri sendiri.”
0 komentar:
Posting Komentar